Para
Wali Penyebar
Islam
di Tanah Jawa
Judul buku :
Kisah Walisongo
Nama pengarang :
MB. Rahimsyah
Nama penerbit :
Mulia Jaya
Kota penerbit :
Surabaya
Tahun terbit :
2008
Jumlah halaman :
87 halaman
Agama Islam sampai sekarang masih menjadi agama dengan pengikut terbesar di
Jawa maupun di Indonesia. Agama Islam disebarkan secara besar-besaran pertama
kali di tanah Jawa. Agama Islam disebarkan di Jawa oleh para wali. Para wali
tersebut sebenarnya sangat banyak, namun hanya ada beberapa wali yang terkenal
di kalangan masyarakat Islam yang hingga kini disebut walisongo. Menurut sejarah anggota walisongo berjumlah sembilan orang.
Buku ini mengisahkan perjalanan para wali dalam menyebarkan agama Islam di
tanah Jawa. Wali-wali tersebut yaitu Syekh Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel,
Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Drajad, Sunan
Muria, dan Sunan Gunung Jati. Mereka dalam menyebarkan agama Islam sangatlah
gigih dan tabah dalam menghadapi berbagai cobaan. Mereka mengajak masyarakat
Jawa untuk masuk agama Islam dengan menggunakan cara yang mudah dipahami dan
menarik perhatian.
Cerita walisongo ini diawali
dengan datangnya Syekh Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik ke pulau Jawa. Ada
yang menyatakan bahwa Sunan Gresik berasal dari Turki. Karena dianggap sebagai
wali yang pertama datang di tanah Jawa, Syekh Maulana Malik Ibrahim disebut ayah
dari walisongo. Setelah Sunan Gresik
meninggal dunia, barulah muncul beberapa wali dalam waktu yang bisa dikatakan
bersamaan. Sehingga disebut walisongo
atau wali yang berjumlah sembilan.
Disusul sunan Ampel yang berasal dari negeri Cina. Pertama kali beliau
datang ke tanah Jawa karena diutus bibinya yang merupakan istri dari Raja
Brawijaya, untuk mendidik dan membimbing rakyat Majapahit ke jalan yang benar. Setelah
berhasil melaksanakan tugas beliau diangkat menjadi menantu Raja Brawijaya.
Sedikit demi sedikit sunan Ampel mengajarkan agama Islam hingga sunan Ampel
berhasil mengislamkan sebagian besar rakyat Majapahit. Ajarannya yang terkenal
yaitu moh main (tidak mau berjudi), moh
ngombe (tidak mau minum minuman keras),
moh maling (tidak mau mencuri), moh
madat (tidak mau memakai narkoba), moh madon
(tidak mau berzina).
Joko Samodra atau sunan Giri, beliau merupakan keturunan Syekh Maulana
Ishak dan putri raja Blambangan. Ketika masih bayi beliau dibuang ke samudra
oleh kakeknya sendiri. Hal ini karena hasutan patih Blambangan. Setelah dewasa
sunan Giri dapat bertemu ayahnya di negeri Pasai. Selama tiga tahun beliau dan
putra sunan Ampel mencari ilmu, selepas itu mereka kembali ke tanah Jawa. Sunan
Giri bermunajat kepada Allah SWT. selama 40 hari 40 malam. Kemudian beliau teringat
pesan ayahnya untuk mendirikan sebuah pesantren. Sunan Giri mendirikan
pesantren di daerah desa Sodomukti. Santri-santri sunan Giri sangat banyak dan
berasal dari penjuru dunia.
Sunan Bonang, beliau merupakan sahabat sunan Giri dalam mencari ilmu. Sunan
Bonang merupakan anak dari sunan Ampel dengan Dewi Condrowati. Beliau disebut
sunan Bonang karena beliau sering mempergunakan alat musik Bonang dalam berdakwah.
Nama aslinya Syekh Maulana Makdum Ibrahim. Sunan bonang dikubur di dua tempat yaitu
di Tuban dan Bawean. Hal ini merupakan karomah sunan Bonang untuk menghindarkan
permusuhan antar santri-santrinya yang ingin menguburkan jenazahnya di daerahnya
masing-masing.
Raden Said atau sunan Kalijaga merupakan putra Adipati Tuban yaitu
Tumenggung Wilatikta. Sebelum masuk Islam beliau sering sekali mencuri lalu
hasil curiannya dibagikan ke rakyat miskin. Setelah pada akhirnya beliau
bertemu dengan sunan Bonang dan Raden Said menjadi Islam. Kemudian Raden Said
menyebarkan agama Islam di pinggiran sungai, karena pada masa itu sungai
seperti jalan raya pada masa sekarang. Oleh karena itu beliau disebut sunan
Kalijaga.
Yang keenam sunan Kudus, beliau adalah putra Raden Usman Haji, senopati
Demak yang gugur ketika perang melawan Majapahit. Ja’far Sodiq atau sunan Kudus
memiliki tiga guru yang terkenal pada masanya, yaitu kiai Telingsing, Ki Ageng
Ngerang, dan sunan Ampel. Beliau memiliki cara berdakwah yang luwes dan bisa
memadukan unsur kesenian jawa dengan agama Islam. Karena hal ini banyak sekali
orang yang berbondong-bondong masuk Islam. Beliau juga yang menciptakan tembang
Mijil dn Maskumambang.
Raden Qosim atau sunan Drajad adalah adik sunan Bonang. Raden Qosim ini
memiliki prinsip yang berbeda dengan kakaknya dalam menyebarkan agama Islam.
Beliau menyebarkan agama Islam sesuai ajaran Nabi. Berbeda dengan kakaknya yang
menyebarkan agama Islam dengan menyatukan unsur kesenian.
Sunan Muria atau Raden Umar Said, beliau merupakan putra sunan Kalijaga
dengan Dewi Saroh. Beliau juga sakti mandraguna, hal ini dibuktikan ketika
merebut kembali istrinya yang diculik adik seperguruannya.
Yang terakhir Syarif Hidayatullah atau sunan Gunung Jati. Ayahnya merupakan
raja Mesir dan ibunya adalah keturunan raja Pajajaran. Sunan Gunung Jati menikah
dengan seorang putri dari Kekaisaran Cina. Sunan Gunung Jati juga berperan
dalam pembangunan Masjid Agung Sang Ciptarasa serta peperangan melawan Portugis.
Pengarang menceritakan kembali kisah walisongo
dengan bahasa yang jelas dan mudah dipahami. Namun, dalam pencetakannya masih
ada beberapa kata yang salah dalam penulisan. Dan gambar yang ada di dalam buku
kurang berwarna sehingga menimbulkan rasa bosan. Maka dari itu saya berharap
penulis atau penerbit mengoreksi dan memperbaikinya.
Meski buku ini memiliki kekurangan, tapi buku ini masih memiliki banyak
keunggulan. Dari sampulnya saja sudah menarik perhatian yang melihatnya. Kisah
yang diceritakan runtut dari awal hingga akhir. Bahasanya pun jelas dan mudah
dipahami oleh pembaca. Dan buku ini diterbitkan saat kalangan muda mulai
melupakan kisah walisongo. Sehingga
menimbulkan rasa ingin tahu dan penasaran. Jadi buku memang layak untuk
diterbitkan dan dibaca.
No comments:
Post a Comment