Wednesday, August 15, 2018

resensi buku kisah walisongo


Para Wali Penyebar
Islam di Tanah Jawa
Judul buku                  : Kisah Walisongo
Nama pengarang         : MB. Rahimsyah
Nama penerbit             : Mulia Jaya
Kota penerbit              : Surabaya
Tahun terbit                : 2008
Jumlah halaman          : 87 halaman

Agama Islam sampai sekarang masih menjadi agama dengan pengikut terbesar di Jawa maupun di Indonesia. Agama Islam disebarkan secara besar-besaran pertama kali di tanah Jawa. Agama Islam disebarkan di Jawa oleh para wali. Para wali tersebut sebenarnya sangat banyak, namun hanya ada beberapa wali yang terkenal di kalangan masyarakat Islam yang hingga kini disebut walisongo. Menurut sejarah anggota walisongo berjumlah sembilan orang.
Buku ini mengisahkan perjalanan para wali dalam menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Wali-wali tersebut yaitu Syekh Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Drajad, Sunan Muria, dan Sunan Gunung Jati. Mereka dalam menyebarkan agama Islam sangatlah gigih dan tabah dalam menghadapi berbagai cobaan. Mereka mengajak masyarakat Jawa untuk masuk agama Islam dengan menggunakan cara yang mudah dipahami dan menarik perhatian.
Cerita walisongo ini diawali dengan datangnya Syekh Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik ke pulau Jawa. Ada yang menyatakan bahwa Sunan Gresik berasal dari Turki. Karena dianggap sebagai wali yang pertama datang di tanah Jawa, Syekh Maulana Malik Ibrahim disebut ayah dari walisongo. Setelah Sunan Gresik meninggal dunia, barulah muncul beberapa wali dalam waktu yang bisa dikatakan bersamaan. Sehingga disebut walisongo atau wali yang berjumlah sembilan.
Disusul sunan Ampel yang berasal dari negeri Cina. Pertama kali beliau datang ke tanah Jawa karena diutus bibinya yang merupakan istri dari Raja Brawijaya, untuk mendidik dan membimbing rakyat Majapahit ke jalan yang benar. Setelah berhasil melaksanakan tugas beliau diangkat menjadi menantu Raja Brawijaya. Sedikit demi sedikit sunan Ampel mengajarkan agama Islam hingga sunan Ampel berhasil mengislamkan sebagian besar rakyat Majapahit. Ajarannya yang terkenal yaitu moh main (tidak mau berjudi), moh ngombe (tidak mau minum minuman keras), moh maling (tidak mau mencuri), moh madat (tidak mau memakai narkoba), moh madon (tidak mau berzina).
Joko Samodra atau sunan Giri, beliau merupakan keturunan Syekh Maulana Ishak dan putri raja Blambangan. Ketika masih bayi beliau dibuang ke samudra oleh kakeknya sendiri. Hal ini karena hasutan patih Blambangan. Setelah dewasa sunan Giri dapat bertemu ayahnya di negeri Pasai. Selama tiga tahun beliau dan putra sunan Ampel mencari ilmu, selepas itu mereka kembali ke tanah Jawa. Sunan Giri bermunajat kepada Allah SWT. selama 40 hari 40 malam. Kemudian beliau teringat pesan ayahnya untuk mendirikan sebuah pesantren. Sunan Giri mendirikan pesantren di daerah desa Sodomukti. Santri-santri sunan Giri sangat banyak dan berasal dari penjuru dunia.
Sunan Bonang, beliau merupakan sahabat sunan Giri dalam mencari ilmu. Sunan Bonang merupakan anak dari sunan Ampel dengan Dewi Condrowati. Beliau disebut sunan Bonang karena beliau sering mempergunakan alat musik Bonang dalam berdakwah. Nama aslinya Syekh Maulana Makdum Ibrahim. Sunan bonang dikubur di dua tempat yaitu di Tuban dan Bawean. Hal ini merupakan karomah sunan Bonang untuk menghindarkan permusuhan antar santri-santrinya yang ingin menguburkan jenazahnya di daerahnya masing-masing.
Raden Said atau sunan Kalijaga merupakan putra Adipati Tuban yaitu Tumenggung Wilatikta. Sebelum masuk Islam beliau sering sekali mencuri lalu hasil curiannya dibagikan ke rakyat miskin. Setelah pada akhirnya beliau bertemu dengan sunan Bonang dan Raden Said menjadi Islam. Kemudian Raden Said menyebarkan agama Islam di pinggiran sungai, karena pada masa itu sungai seperti jalan raya pada masa sekarang. Oleh karena itu beliau disebut sunan Kalijaga.
Yang keenam sunan Kudus, beliau adalah putra Raden Usman Haji, senopati Demak yang gugur ketika perang melawan Majapahit. Ja’far Sodiq atau sunan Kudus memiliki tiga guru yang terkenal pada masanya, yaitu kiai Telingsing, Ki Ageng Ngerang, dan sunan Ampel. Beliau memiliki cara berdakwah yang luwes dan bisa memadukan unsur kesenian jawa dengan agama Islam. Karena hal ini banyak sekali orang yang berbondong-bondong masuk Islam. Beliau juga yang menciptakan tembang Mijil dn Maskumambang.
Raden Qosim atau sunan Drajad adalah adik sunan Bonang. Raden Qosim ini memiliki prinsip yang berbeda dengan kakaknya dalam menyebarkan agama Islam. Beliau menyebarkan agama Islam sesuai ajaran Nabi. Berbeda dengan kakaknya yang menyebarkan agama Islam dengan menyatukan unsur kesenian.
Sunan Muria atau Raden Umar Said, beliau merupakan putra sunan Kalijaga dengan Dewi Saroh. Beliau juga sakti mandraguna, hal ini dibuktikan ketika merebut kembali istrinya yang diculik adik seperguruannya.
Yang terakhir Syarif Hidayatullah atau sunan Gunung Jati. Ayahnya merupakan raja Mesir dan ibunya adalah keturunan raja Pajajaran. Sunan Gunung Jati menikah dengan seorang putri dari Kekaisaran Cina. Sunan Gunung Jati juga berperan dalam pembangunan Masjid Agung Sang Ciptarasa serta peperangan melawan Portugis.
Pengarang menceritakan kembali kisah walisongo dengan bahasa yang jelas dan mudah dipahami. Namun, dalam pencetakannya masih ada beberapa kata yang salah dalam penulisan. Dan gambar yang ada di dalam buku kurang berwarna sehingga menimbulkan rasa bosan. Maka dari itu saya berharap penulis atau penerbit mengoreksi dan memperbaikinya.
Meski buku ini memiliki kekurangan, tapi buku ini masih memiliki banyak keunggulan. Dari sampulnya saja sudah menarik perhatian yang melihatnya. Kisah yang diceritakan runtut dari awal hingga akhir. Bahasanya pun jelas dan mudah dipahami oleh pembaca. Dan buku ini diterbitkan saat kalangan muda mulai melupakan kisah walisongo. Sehingga menimbulkan rasa ingin tahu dan penasaran. Jadi buku memang layak untuk diterbitkan dan dibaca.


No comments:

Post a Comment